Potret kondisi sekolah SMA Negeri 4 Takari di Desa Oelnaineno
Metronewsntt.com, Oelamasi- Sangat memprihatinkan ketika menyaksikan masih ada putra-putri di Indonesia terkhusus di Provinsi NTT yang mengenyam pendidikan dengan fasilitas sekolah yang "apa adanya". Demikian yang dirasakan siswa dan siswi yang saat ini menimbah ilmu di SMA Negeri 4 Takari di Oelnaineno Kecamatan Takari , Kabupaten Kupang, NTT.
Gedug sekolah yang beratap daun, dan berdinding bebak serta berlantai tanah ini sudah berdiri selama 7 tahun, dari tahun 2016 hingga 2022.
Sekolah ini dibangun secara swadaya masyarakat setempat, didorong motif mau merubah kondisi Oelnaineno dari desa yang sangat terisolir menuju desa yang gampang dijangkau.
Tidak hanya itu, motifasi menjadikan desa Oelnaineno kaya akan SDM berkualitas merujuk juga pada program "Ayo bersekolah" yang sampai saat ini terus digaungkan yang punya visi: "satu keluarga satu sarjana."
Berlandaskan pada program dan visi di atas hal sekolah itu dibangun dengan 6 ruangan secara swadaya dengan alasan mendekatkan pelayanan pendidikan karena jarak tempu bagi anak-anak dari Desa Oelnaineno ke sekolah induk jauh. Dengan alasan inilah maka dibangun sekolah filial di desa tersebut.
Sekolah filial ini pada awalnya menggunakan sebuah bangunan kapela atau gereja tua untuk dijadikan ruang belajar-mengajar atau bersekolah.
"Termotivasi dibangun sekolah di lokasi ini oleh kami para toko masyarakat dan tua-tua adat serta warga setempat, karena merasa kecewa di mana banyak anak-anak yang putus sekolah akibat kondisi jarak tempuh ke sekolah induk, SMA Negeri 2 Takari jauh, sehingga warga bersepakat dan mengusulkan bangun sekolah filial sehingga anak-anak kami tidak putus sekolah. Jadi adan pendekatan pelayanan pendidikan bagi anak-anak di Desa Oelnaeneno," kata Yakobis Nifu yang merupakan salah satu pelopor hadirnya sekolah SMA Negeri 4 Oelnaeneno yang saat ini sudah terakreditasi C.
Yakobis yang di dampingi beberapa rekannya, Yohanes Banola, Kepala Desa Oelnaineno, Yonatan Paut, para guru dan Kepsek SMA Negeri 4 Takari, Ferry Hands Umbu Tamu, menuturkan bahwa terbentuknya sekolah filial ini pada 2016 dengan menggunakan kapela (gereja) sebagai tempat belajar, sambil warga setempat dan toko adat bersama melakukan proses pembangunan sekolah permanen ini.
"Kegiatan KBM oleh anak-anak pada awalnya menggunakan gedung kapela selama kurang lebih 6 bulan, sambil kami warga setempat berswadaya membangun sekolah parmanen beratap daun dan berdinding bebak yang terpakai hingga saat ini," katanya.
Hal senada disampaikan Yohanes Banola yang saat itu selaku sekretaris panitia dan penanggunjawab pembangunan sekolah, bahwa alasan berdiri sekolah ini karena banyak anak-anak yang putus sekolah karena jarak tempuh ke sekolah induk kurang lebih 12 kilometer dengan melewati bukit dan harus menyeberang kali .
Oleh karena itu warga bersama aparat desa dan toko adat bersepakat membangun sekolah di atas lahan yang diberikan oleh toko adat seluas 30 hektar.
"Bangunan ruang belajar yang kami bangun ada 5 ruangan semuanya beratap daun, hanya satu ruang untuk guru dan kepala sekolah yang beratap seng, tapi atap seng pun adalah sisa seng bekas dari rehap los pasar," ungkap mantan Kepala Desa Oelnaineno tersebut.
Untuk itu, Ia beeharap ada perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi sekolah ini guna anak-anak mereka dalam proses belajar bisa memperoleh gedung belajar yang layak.
"Memang baru-baru ada informasi akan mendapat bantuan dari Dinas melalui DAK untuk pembangunan gedung, sehingga diharapkan bisa terealisasi dengan cepat agar anak-anak bisa menikmati gedung layak seperti sekolah lain yang ada dikota," katanya.
Harapan yang sama juga disampaikan, Kepala Desa Oelnaineno,Yonatan Paut: "Semoga ada perhatian pemerintah daerah melalui dinas guna bisa adanya bangunan sekolah layak bagi anak-anak.
"Kasihan, dengan kondisi gedung belajar yang ada saat ini digunakan anak-anak kami di Desa Oelnaineno ini semata hanya ingin mendekatkan pelayanan pendidikan dan menyambung kelanjutan sekolah bagi anak-anak yang yang secara kondisi jarak ke sekolah induk yang ditempuh oleh anak-anak jauh," pintanya.
Ia menambahkan, diketahui kondisi dan letak geografi wilayah perkampungan yang ada di wilayah Takari berbukit dan banyak aliran sungai dan ditambah kondisi fasilitas infrastruktur jalan yang terjal sangat mempengaruhi harapan anak-anak yang ingin mengecap pendidik.
Sementara itu Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Oelnaineno, Ferry Hands Umbu Tamu mengaku, jumlah siswa di sekolah tersebut sejak masa kepemimpinannya pada 2021 sebanyak 88 siswa, dan hingga saat sudah mencapai 102 siswa .
"Memasuki masa kepemimpinan saya jumlah siswa saat ini sebanyak 102 orang siswa yang menggunakan ruang belajar darurat ini," ujarnya.
Dan untuk sarana ruang belajar yang ada per ruangan ditempati 20-an siswa peruangan, yang sama jumlahnya juga dengan kelas tingkat bawa sesuai minat jurusannya yakni IPS dan IPA. "Ya Kalau untuk pengajar PNS sebanyak 2 orang, tenaga kontrak 1 orang dan honor komite sebanyak 18 orang yang membatu mengajar di sekolah ini," tutupnya. (mnt)