Potret
Metronewsntt.com, Kupang- Membangun sebuah komitmen bersama tentang pentingnya mengintegrasikan aspek kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) ke dalam kerja lembaga atau mitra yang selama ini bekerja di komunitas tentunya yang menjadi hal utama perlu adanya sebuah perencanaan anggaran dalam organisasi secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan organisasi.
Berlandaskan hal ini, KOMPAK mengelar pelatihan pelatihan perencanaan program dan anggaran yang responsif GEDSI. Kegiatan pelatihan diikuti sebanyak lembaga atau mitra yang selama ini bekerja di komunitas yang ada di wilayah NTT.
Lusia Carningsi Bunga selaku ketua panita pelaksana kegiatan kepada media ini pada sela-sela kegiatan di Naka Hotel, Kamis (26/10) menjelaskan, kegiatan ini diikuti sebanyak enam lembaga atau mitra jejaring yang selama ini bekerja di komunitas diantara dua dari Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah, satu dari Atambua, dan tiga dari Kota Kupang.
"Untuk Sumba sendiri yakni Lembaga Sopan Sumba dan Sabana, dan Atambua yakni CIS Timor Atambua , serta Kupang yakni IMoF, CIS Timor dan Garami," ujar Ningsi sapaan akrabnya.
Ningsi mengaku enam lembaga atau mitra yang selama ini bekerja di komunitas ikut dalam pelatihan yang digelar selama.dua hari yakni dari tanggal 25-26 Oktober 2023, memiliki beragam isu ada yang bergerak pada kelompok penggiat pengitas perempuan sebagai korban kekerasan , ada kelompok pendamping penghayat agama kepercayaan atau agama lokal, penggiat kebebasan beragama dan beribadah, dan gender identitas.
" Kegiatan pelatihan ini tentunya kita ingin melihat bagaimana enam lembaga berdaya baik stafnya, dan juga projek, dalam mendesain sebuah aktivitasnya yang benar-benar dalam akses, partisipasi , kontrol dan manfaatnya yang berbasis pada sosial inklusif, " lanjut Ningsi. Dulunya lebih fokus pada gender egualitinya yakni kebanyakan orang hanya bicara laki-laki, perempuan, yang mana perempuan lebih diutamakan.
" Jika perempuan yang berada pada status sosial tinggi tidak berada pada posisi rentan, namun perempuan yang status sosial rendah ebih rentan . Apa lagi dia perempuan kepala.rumah tangga ter khususnya perempuan yang distabilitas adalah pihak yang rentan memperoleh diskriminasi berlapis dibanding laki-laki yang distabilitas , " kata Ningsi.
Oleh karena itu, hal -hal ini yang ini lebih diperkuat dalam kegiatan bagi enam lembaga ini."Ya kita berharap apa yang telah mejadi komitmen akan isu yang perspektif GEDSI dapat membawa suatu perubahan baru dalam implementasi melalui program kerja pada lembaga masing-masing nantinya," tutup Ningsi.
Sementara itu, Abdullha Abdul Muthaleb (fasilitator) Trainingnya mengatakan, kegiatan ini diperuntukkan bagi mitra CSO yang selama ini bekerja di komunitas untuk mendorong terwujudnya tatanan sosial yang lebih adil, setara, dan inklusif.
“Konsep kesetaran gender dan inklusi sosial atau lazim dikenal dengan GEDSI, sebanarnya merupakan sebuah pendekatan untuk memastikan semua warga negara memperoleh akses, bisa terlibat, mampu memberikan aspirasi, dan menerima manfaat yang sama dalam setiap aspek kehidupan”, kata Abdul.
Abdul menjelaskan, Provinsi NTT khususnya, dengan masyarakat yang majemuk tentu memiliki karakteristik yang beragam mulai dari suku, agama, gender dan identitas lainnya. “Keberagaman tersebut harus difasilitasi dengan baik, sehingga menjadi modalitas yang membangun kehidupan masyarakat yang lebih damai dan inklusif”, ujar Abdul.
Abdul dalam trainingnya juga memgankat beberapa hal yang menjadi catatan penting seperti trend kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, termasuk isu-isu lainnya yang terkait dengan keberagaman agama dan kepercayaan.Sehingga i training GEDSI ini, peserta diajak untuk mendesain pendekatan pelaksanan kegiatan di masyarakat. “Bagaimana misalnya memfasilitasi pertemuan yang melibatkan disabilitas, ibu hamil dan kelompok rentan lainnya” kata Abdul.
Abdul menambahkan, bahwa pendekatan pembangunan yang berjalan pada umumnya, memandang masyarakat itu secara tunggal, homogen sehingga tidak terlihat adanya perbedaan aspirasi, kebutuhan, pengalaman yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lain, antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyakarakat yang lainnya.
“GEDSI sekali lagi, adalah alat bantu agar perencanana program dan kegiatan di masyarakat, bisa lebih tepat sasaran dan mengakomodasikan kepentingan serta kebutuhan yang khas tersebut” pungkas Abdul
Terpisah peserta kegiatan yakni Antonius Taku Resi dari Sopan Sumba Tengah dan Marina F.A.Fernandez dari CIS Timor Belu menyampaikan terima kasih buat Kompak yang telah melaksanakan kegiatan ini.Karena dinilai kegiatan sangat membawa dampak positif . Dimana dapat menyusun program dan anggaran secara baik.
"Melalui pelatihan penyusunan program dan anggaran perspektif GEDSI ini tentunnya sangat penting guna bagaimana kita nantinya melibatkan mereka. yang disabilitas dalam dalam sebuah kegiatan kita bisa mengetahui dan sekaligus menyiapkan secara baik akan kebutuhan mereka," kata Marina.
Marina mencontohkan, kegiatan yang melibat teman disailitas tentunya hal yang perlu disapkan adalah orang (guru-red) bahasa isyarat, dan juga tempat menyusui khusus bagi ibu-ibu disabilitas yang memiliki bayi. Serta tempat kegiatan yang memilki sarana pendukung bagi meraka atau bisa dijangkau oleh mereka.
"Kegiatan yang kami ikuti ini bagaiman sebisa mungkin mereka yang kita libatkan dalam program kegiatan sebuah aktivitasnya yang benar-benar dalam akses, partisipasi , kontrol dan manfaatnya yang berbasis pada sosial inklusif," tutur Marina.
Hal senada dikatakan Antonius Taku Resi dari Sopan Sumba Tengah, kegiatan ini benar bagimana menyusun sebuah program dan anggaran yang benar-benar dalam akses, partisipasi , kontrol dan manfaatnya yang berbasis pada sosial inklusif dalam sebuah kegiatan yang akan dibuat pada sata melibatkan mereka.
"Intinya kita memberikan sebuah hal yang benar-benar disesuaikan dengan akan kebutuhan mereka dengan tanpa membedakan," kata Antonius. (mnt)