Potret Frans Go dan Daniel Tagu Dedo
Metronewsntt.com, Kupang-Pemikiran sederhana Direktur GMT Institute Jakarta, Fransiscus Go dengan melirik sektor pendidikan sebagai pondasi utama menuju perubahan NTT ke arah yang lebih baik, mendapat respon positif dari beberapa kalangan.
Seperti yang diungkapkan Daniel Tagu Dedo, bahwa peningkatan mutu pendidikan atau sebagai Pondasi utama yang perlu diperkuat sesuai apa yang dikatakan Frans Go, sangatlah penting.
“Saya teman baik beliau (Frans Go, red). Tapi, kemiskinan ekstrim yang dialami masyarakat NTT saat ini, jauh lebih penting penanganannya,” ujar Tagu Dedo yang pernah menjabat sebagai Dirut Bank NTT itu.
Tagu Dedo yang kini menjabat direktur keuangan di salah satu perusahaan energi, di Jakarta mengungkapkan, kemiskinan di NTT tidak teratasi hingga saat ini, lantaran penanganannya belum maksimal. Bahkan “lemah” menurut Daniel.
“Dari beberapa periode kepemimpinan, kemiskinan di NTT tidak teratasi, mengapa? Padahal, saat ini dana APBN untuk pengentasan kemiskinan sangat besar. Pertanyaannya, mengapa kemiskinan di daerah kita tetap saja pada urutan ketiga tertinggi di Indonesia?” tandas Tagu Dedo.
Dikatakannya, faktor intensitas dan keseriusan penanganan masih terbilang masih “lemah”. “Seharusnya, pengentasan kemiskinan itu ditangani seperti Team SAR, yang menyelamatkan korban Gempa Bumi. Seluruh korban dicari sampai ketemu dan diselamatkan,” kata Tagu Dedo.
Terpisah Ketua KADIN NTT, Bobby Lianto melalui telepon selulernya, mengatakan, perbaikan mutu pendidikan yang digagas Frans Go patut didukung, demi kemajuan pendidikan di Nusa Tenggara Timur. Kendati demikian, kata pengusaha real estate itu, perbaikan di bidang pendidikan yang dimaksud Frans Go, harus tepat sasaran dan berkesinambungan.
“Bagus kalau Pak Frans Go punya kepedulian benahi pendidikan NTT. Supaya pendidikan NTT terarah dan berdaya saing. Tapi harus berkesinambungan, sehingga target yang diinginkan bisa dicapai,” kata Bobby Lianto.
Menanggapi hal itu, Frans Go mengatakan, mekanisme penyaluran bantuan sosial yang selama ini dilakukan pemerintah, harus diperbaiki. “Harus tepat sasaran. Selama ini bantuan langsung dari pemerintah hanya berhenti di seputar kerabat keluarga RT atau RW saja,” kritik Frans Go.
Terkait pembenahan di bidang pendidikan, Frans Go menandaskan, agar NTT bisa bersaing dengan daerah lainnya di Indonesia, maka sumber daya manusia NTT perlu dipersiapkan. “Ibarat kereta api, jika lokomotifnya handal dan cakap, maka beberapa gerbong sektor seperti kemiskinan, ketertinggalan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, stunting, pariwisata dan lainnya, bisa ditarik. Karena itu, pembangunan sumber daya manusia dipandang perlu untuk dibenahi dan ditingkatkan,” tandas Frans Go.
Frans Go lalu membeberkan data BPS Provinsi NTT yang sangat miris, jika bicara pendidikan dan kemiskinan. “Pendidikan kita berada di urutan ke 30 dari 34 provinsi. Sebaliknya, jika bicara kemiskinan, Provinsi NTT berada di urutan ketiga setelah Papua dan Papua Barat. Ini sungguh ironis, karena sudah berlangsung puluhan tahun,” ungkap pengusaha asal Timor yang sukses berkiprah di Jakarta itu. (mnt/*/Rbk)