Rudolof Wadu
Metronewsntt.com, Oelamasi- Salah satu korban bencana banjir pada saat siklon tropis seroja pada Minggu (4/4/2021) lalu di Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, NTT, Rudolof Wadu (30) menceritakan kepanikannya saat banjir sudah mengelilinginya.
"Saat air sudah naik sekitar sore pukul 5.00 Wita saya bersama keluarga mulai panik karena air sudah mengalir deras yang menuju rumah warga," katanya saat diwawancarai di kediamanya, Senin (19/4).
Ia menceritakan, hujan deras disertai angin kecang terjadi pada tanggal 4 April 2021 pada sore hari air mulai naik hingga badan jalan dan mengalir deras hingga pemukiman warga dan kemudian air sempat turun beberapa menit. Dan setelah hujan kembali terjadi dengan intensitas tinggi dan air makin naik dan mengalir deras dengan membawa material berupa kayu, batu disertai lumpur menuju pemukiman warga.
"Saat air makin naik tinggi saya langsung mengamankan keluarga saya yakni istri dan empat anak saya ke atas loteng, kemudian saya membobol dinding rumah saya guna air bisa mengalir bebas dan saya berdiri di regel rumah untuk bergerak menyingkirkan kayu yang dibawa banjir menuju rumah saya, namun kondisi air makin deras terpaksa saya juga ikut naik ke loteng," ungkapnya dengan wajah lesu.
Dengan kondisi itu, lanjutnya dirinya bersama keluarga diatas loteng hingga 2 sampai 3 jam sambil mematau kondisi banjir." Saya dan istri dan anak-anak baru dapat selamat dari loteng dan dibawa ke tempat yang agak aman ditolong oleh dua pemuda yang rela menerjang badai dan masuk dan menolong keluarga saya dari loteng," katanya.
Sekitar malam pukul 10.00 Wita baru ada suara terikan dari luar rumah dua pemuda yang menerobos banjir untuk datang menyelamatkan dirinya bersama istri dan empat orang anak dari loteng dan dibawa ke rumah bapak Ernes Lado untuk berteduh.
"Kami baru dapat diselamat sekitar pukul 10.00 malam oleh dua pemuda dari loteng untuk dibawa ke rumah bapak Ernes Lado. Di rumah tersebut juga sudah penuh sesak, sebab rata-rata warga semua menyelamatkan diri dan berlindung di rumah tersebut," tuturnya.
Ia mengaku, dalam keadaan tersebut dirinya merasa sedih dan bersyukur walaupun rumah milik bapak Ernes Lado juga penuh dengan lumpur, namun masih mau menampung warga dalam jumlah yang banyak dirumah tersebut.
Dirinya mengaku, hingga saat ini dirinyanya bersama keluarga masih bertahan sementara dirumah bapak Ernes, sambil memperbaiki kondisi rumahnya yang rusak.
"Saya saat berlahan memperbaiki rumah saya walaupun tidak seutuhnya, hanya satu kamar yang saya perbaiki guna bisa bersama keluarga untuk kembali tinggal dirumah tersebut," tutupnya.(mnt/*)