Oleh Relisius Hendrikus Hayon
Metronewsntt.com- Setelah Badan Kesehatan Dunia-WHO mengumumkan secara resmi virus korona dengan nama SARS-CoV-2 atau Covid-19 sebagai pandemi, seluruh sektor kehidupan rakyat, dari kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial hingga budaya terkena dampak. Pasar saham langsung bereaksi negatif, dan belakangan ini, ketika program PSBB bertukar ke PPKM, sektor pariwisata dan tempat keramian berubah separuh lumpuh. Mart-mart atau pasar modern menjadi hilang pengunjung, operasi kuliner terhenti langkah, dan tidak ketinggalan pasar-pasar tradisional sebagai jantung perekonomian rakyat, mandeg.
Virus Corona dengan ukuran 150 nanometer, telah menyerang areal bumi seluas 510,1 juta km2 dan mengambil seribu-juta nyawah. Ia melanda dari daerah ke daerah, dari pulau ke pulau, dari Negara ke negara dan dari benua ke benua. Tercatat, mulanya di Wuhan-Cina, kemudian serangannya melaju ke tanah air tercinta, Indonesia.
Gaya menyerangnya tidak kasat mata dan cepat, sehingga terkesan tidak hanya mengintimidasi kehidupan di alam raya ini tetapi berniat ekstrim, yakni mau melenyapkan spesies homo sapiens atau manusia. Jika dibandingkan dengan wabah kolera pada tahun 1820, dan diakhir tahun 1918, wabah jahat influenza yang melanda dunia, Covid-19 lebih menakutkan dari dua wabah di atas.
Virus korona atau Covid-19 seperti musuh besar nan canggih. Gaya serang dan cara merambatnya, tidak cukup dihadapi hanya dengan kecerdasan, baik dibidang kesehatan dan keilmuan, tetapi perlu juga disikapi dengan hati dan akal budi. Ia membutuhkan perhatian serius tidak hanya dari pihak pemerintah dan petugas di bidang kesehatan tetapi seluruh warga masyarakat Indonesia tanpa kecuali.
Dalam bulan berjalan sejak datangnya sampai saat ini, banyak sudah korban meninggal. Tidak sedikit yang sakit dan harus dirawat. Syukur juga dipanjatkan karena ada banyak yang selamat atau sembuh dari covid-19. Ini merupakan bukti dari keharusan di atas dan sinergitas pada semua pihak baik swasta, sipil, TNI maupun POLRI yang bekerjasama untuk Indonesia sehat dan Indonesia maju, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh.
Bagaimana dengan peran para birokrat dan elit politik partai? Tidak perlu diragukan lagi. Mereka tidak tingal diam dalam situasi pandemi ini. Mereka dengan cara dan berbagai daya telah berjuang bersama dan untuk rakyat dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini, bahkan membantu rakyat untuk terus menggerakan roda perekonomian mereka.
Menjaga Dapur rakyat tetap mengepul
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah menekan kegiatan ekonomi masyarakat seiring pembatasan jam operasi, kapasitas dan penyekatan. Sebelum PPKM gara-gara Covid-19, rezeki menjadi sangat seret masuk ke dapur keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Bagi para pejuang “kampong tengah” di mana saja yang hidupnya hanya untuk hari ini, entah di kota atau di pelosok desa menjastis tanpa tedeng aling-aling, bahwa “virus corona” telah merampas reziki mereka. Hal ini terbukti dari perubahan total yang telah terjadi di lapangan pekerjaan dan omset penghasilan untuk usaha keluarga bukan saja menurun tetapi capai angka nol. Keluar rumah saja, sulit dan takut, lalu dari mana mendapat rezeki?
PPKM darurat dan perpanjangannya sampai sekian level sejak tanggal 3 sampai dengan 20 Juli 2021 di Jawa dan Bali dan kemudian merambat ke seluruh wilayah Indonesia akibat membengkaknya serangan Covid-19 varian baru, adalah ujian berat bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Memang para pelaku UMKM dituntut untuk beradaptasi, kreatif, dan inovatif untuk menyiasati situasi dan bertahan hidup tapi apa mau dikata dengan masyarakat kecil. Bagaimana harus menjaga agar asap di dapur harus tetap mengepul untuk kehidupan.
Kondisi realistis ini mau diapakan? Tidak bisa dipersalahkan dan jadi ajang melahirkan sikap ikutan seperti sikap iri, cemburu dan sejenisnya antara “yang empunya” dan “yang tidak punya.” Bagi yang tidak punya, yan hanya hidup untuk hari ini, sementara PPKM dan point prokes, “menghindari kerumunan” harus ditaati maka apa sikap kita yang empunya, pemerintah dan sector layanan terkait lainnya. Apa kita harus membiarkan mereka menderita? Atau membiarkan mereka mati secara perlahan karena lapar. Peduli mana? Peduli kepada masyarakat yang kurang beruntung dari segi ekonomi dengan membiarkan asap tidak mengepul di dapur mereka atau peduli hanya pada pemutusan rantai penyebaran Covid-19?
Tidak mungkin tidak, melepaskan yang satu dan mengutamakan yang lain. Dua-duanya harus menjadi perhatian. Para elite politik dan seluruh anggota dari Partai Demokrat memilih memikul tanggungjawab untuk kedua hal di atas. Mereka siap “melayani dengan hati dan memberi dengan ikhlas.” Mereka mau menjaga asap dapur warga tetap mengepul dan bersama rakyat berjuang memutus matarantai penyebaran covid-19 demi Indonesia sehat dan Indonesia Maja. Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh.
Partai Demokrat Memberi dengan Ikhlas.
Partai Demokrat siap memberi dari sedikit yang mereka miliki, “nemo dat quod non habet.” Memberi adalah suatu aktivitas nilai. Ikhlas merupakan gambaran dari nurani pemberi. Dua hal ini dijunjung tinggi oleh pemimpin Partai Demokrat, seluruh jajaran dan para anggotanya. Karena itu mereka implementasikan apa yang mereka yakini. Mereka sudah mengetuk pintu dapur massa-rakyat dengan memberi bantuan sebagaimana prinsip sederhana di atas: “melayani dengan hati dan memberi dengan ikhlas.”
Seperti contoh; di bidang ekonomi mereka memberi dengan ikhlas point-point sembako agar dapur warga masyarakat tetap mengepul. Mereka memberi perhatian dengan mendatangi warga secara personal seraya tetap patuh pada protokol kesehatan. Biarkan warga tetap hidup dan terus berjuang untuk hidup dan kehidupa di tengah pandemi ini.
Di bidang olah raga, untuk kebugaran para generasi muda mereka berbagi perlengkapan olah raga. Mereka juga “turun kebawah” dan menghimbau masyarakat agar taat pada protokol kesehatan. Mereka menekankan bahwa “kepatuahn pada protokol kesehatan ini selain untuk memberantas penyebaran covid-19 juga keselamatan seluruh warga di negera Indonesia tercinta ini.
Para pemimpin partai dan jajaran pengurusnya telah menjalankan tugas dan fungsi kemasyarakatan sebagai unjung tombak melawan pandemi, menjaga kelancaran mobilitas ekonomi rakyat dan memperhatikan kecakapan sumber daya generasi muda sebagai titik krusial yang harus diperhatikan.
Para jajaran, pengurus Partai Demokrat dan pemimpinnya menyadari bahwa, “Menjadi pemimpin hebat itu melayani dengan hati, memberi dengan ikhlas dan menjadi teladan. Menunjuk tetapi tidak menusuk, lurus tetapi lentur, dan terang benderang tetapi enak dipandang.
Dengan aksi nyata di masa pandemik ini para pengusung Partai Demokrat bersama pemimpinya masih setia ingat pesan dari Ki Hajar Dewantoro. Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Parati Demokrat selalu bersama rakyat di depan, di tengah dan di belakang. Mereka mau warga masayrakat hidup, sehat dan karenanya menjadikan “Indonesia tangguh Indonesia tumbuh.” ***