WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

Menyemat Mentalitas “Biji Kopi” Pada Paulus

Metronttdewa.com 26-02-2025 || 14:30:39

Suswati D. Aldrin, S.Th.

(Catatan Refleksi atas Kol. 1:1-14, Ucapan Syukur dan Doa)


Oleh; Suswati D. Aldrin, S.Th.


Topik “Ucapan Syukur dan Doa” (Kolose. 1:1-4) memuat curahan hati Paulus kepada saudara-saudara di Kolose. Diyakini tulisan ini hadir  sewaktu Paulus dikurung dalam penjara, demikian pandangan dari beberapa penafsir Alkitab. 

Walau demikian terbersit beberapa hal yang amat menarik, di antaranya, pertama,  surat ini begitu panjang. Terdapat 4 (empat) pasal. 

Sangat mungkin karena situasi di penjara dan keadaan Paulus yang terborgol maka kemungkinan besar surat ini di titip ke Timotius untuk saudara-saudara di Kolose. Atau bersama Timotius dia menulis surat ini. Atau juga beberapa kesempatan barangkali Timotius mengunjunginya dalam penjara lalu secara bersama keduanya  menulis. 

Singkatnya surat itu ditulis dalam situasi yang amat susah. 

Walau dalam situasi sulit di penjara dan dalam keadaan menderita, Paulus (juga Timotius) selalu mengucap syukur kepada Allah dan berdoa untuk saudara-saudaranya, (lih. Kol.1:3). Ini bukti bahwa kepribadian dan iman Paulus sungguh luar biasa, bahws dalam kesulitan dan kesusahan yang menderanya, menjadi dasar ia bersyukur dan mendoakan sama saudaranya. 

Kedua, Paulus menanggung segala sesuatu (penderitaan) dengan tekun dan sabar (lih. Kol 1:11). Ia bahkan berdoa dan berharap dalam doanya agar supaya suadara-saudara di Kolose dikuatkan, mampu menanggung segala sesuatu dengan tekun, sabar dan tidak lupa mengucap syukur. 

Secara realistis Paulus sesungguhnya bersungut-sungut, dan isi surtanya seharusnya bernada  curhat (curahan hati) berkaitan dengan segala yang ia derita. 

Ketiga, Paulus memiliki ketangguhan kepribadian dan iman yang teguh-kokoh. Bahwa oleh berita yang disampaikan Epafras tentang saudara-saudara di Kolose, yang tetap teguh dalam ajaran akan Yesus yang adalah Tuhan dan Kristus (lih. 1:4,7), menjadikannya berdoa dan mengucapkan syukur kepada Tuhan.  

Episode itu seperti ini, “Epafras memberi kabar kepada Paulus, bahwa iman saudara-saudara di Kolose akan dan dalam Yesus Kristus tetap utuh dan kasih mereka terhadap orang kudus tetap terpelihara”. Inilah kabar Suka cita yang mendasari ucapan syukur Paulus, di tengah keadaan dirinya terpenjara.

Paulus bersyukur dan bersukacita atas jemaat di Kolose dalam penderitaanya karena dia tidak kristenkan mereka, dia tidak melakukan penginjilan di sana dan hanya mendengar saja berita dari Epafras. Justru  Epafras yang melakukannya. Inilah kebahagian tak terhingga dari Paulus sebagai seorang rasul bangsa-bangsa. 

Dia sangat bersyukur, bersukacita dan bahagia ketika mendengar kabar baik, bahwa ada sukses luar biasa yang diraih dalam perjuangan iman dan kehidupan spiritual mereka. Mereka yang tetap bertumbuh dalam iman, dan setia melakukan pelayanan kasih kepada banyak orang kudus. Kabar Sukacita yang diterima Paulus  menekuk atau membumi-hanguskan segala penderitaan Paulus di penjara dan yang tersisa adalah  ucapan syukur dan doa. 

Keempat, Pribadi yang berserah, bersandar dan hanya berharap pada Tuhan. Hal ini terbukti pada pernyataan berikut (lih. 1:9); Sebab itu waktu kita mendengarnya kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kegiatan yang sudah dimulai oleh Paulus dan tidak berhenti atau secara terus menerus sampai mendapat kabar baik itu adalah “tikam lutut” dan berdoa, menyebut namamu (mereka)  kepada Tuhan. Paulus seperti  menyerap energi kabar baik itu menjadi alasannya untuk bersukacita di tengah kondisi terpuruk menimpa dirinya dan yang sangat tidak memungkinkannya untuk bersukacita.

Semua ayat penuh berkat ini, Paulus cantumkan mulai ayat 9-14; “Supaya kamu dikuatkan, diteguhkan, mampu mengucap syukur, mampu dihadapkan dengan Allah yang mampu  melepaskan engkau dan mengarahkan engkau menuju kepada kerajaanNya, karenavtelah menerims dan memiliki penebusan  Yesu, dan lain-lain.

Semua harapan dan hal baik di atas terucap dengan mulutnya sendiri (mungkin) sembari merunduk (di hadapan Allah). Ia juga menyebut nama Kolose, dia tidak bisa bertemu Kolose, dia tidak bisa menyentuh Kolose, dia tidak bisa melakukan yang bagus-bagus untuk Kolose karena dia dalam penjara.  

Namun pendasaran iman Paulus yang menjadi juga keyakinan kita lewat “Pemberian yang paling besar dan lebih bernilai dari sekedar harta apapun (bagi kolose) atau perhatian apapun, kekuatan berharga yang diberi oleh Paulus adalah kekuatan Doa, bagi saudara-saudara di Kolose! 

Dari kisah di atas lahirlah setidak-tidaknya reaksi implementatif untuk kita. Pertama,  berkaitan dengan mentalitas dan integritas pribadi sebagaimana adanya Paulus.

Amat sangat berkenan jikalau mentalitas Paulus dianalogikan dengan pribadi Paulus yang bermetalitas biji kopi.  Manakala dimasukan ke dalam air yang mendidih,100⁰ Celsius, biji kopi tidak berubah. Yang berubah adalah air yang mendidih itu, lantas tercium aroma kopi, lalu mulai berubah warna menuju warna gelap (hitam) kemudian dinikmati orang.

Itulah mentalitas Paulus. Praksisnya tergambar seperti ini: “Kalau ada yang senang di luar sana dan bahagia di sana walaupun saya susah disini, saya senang untuk kalian yang senang itu. Ketika terjadi sesuatu yang dasyat di luar sana, di Kolose, kabar baik tentang jemaat Kolose, walau saya mengalami susah di sini –di penjara- kabar baik itulah membuat saya bersukacita”. Bagai biji kopi yang dipanasi air dengan titik didih 100⁰c, ia memberi kebahagaian bagi yang menikmatinya.   

Yang buat dia sukacita, yang buat dia bahagia bukan tergantung pafa keadaan.  Keadaan boleh tidak senang, keadaan boleh susah tapi tidak mampu merebut sukacitanya, malah sebaliknya dia mengubah situasi yang tidak nyaman itu menjadi ungkapan syukur full happy, lalu menyerap sukacita dari luar itu menjadi kekuatanya untuk bersyukur.

Mentalitas Paulus ini harus menarik kita untuk mengucap syukur, bahagia, bersorak, bersukacita. Keadaan yang menghinggapi kita, kiranya tidak pernah ditentukan dari situasi sekitar, di luar kita, dari omongan orang dari belakang, dari orang yang mencibirmu, dari kesukaranmu membangun kehidupan oleh derita sakit, tidak ditentukan oleh belenggu apapun yang merantaimu sehingga engakau sulit bersukacita. Sukacitamu ditentukan oleh hatimu dalam kedekatanmu dengan Allah. 

Paulus tidak pernah berkisah tentang susahnya ke luar, soal susahnya adalah urusan dia dengan Tuhan, namun hendaknya suka citamu engkau bagi keluar untuk melahirkan  kekuatan bagi orang lain. In lah mentalitas biji kopi, sejati dan seutuhnya  yang dimiliki Paulus.

Kedua, Bahagia dan sukacita yang murni. Paulus tidak sensitif dan melankolis. Dia tidak berintensi negatif,  “tega nian mereka, senang sekali mereka di luar, saya susah di sini”. Paulus tidak demikian, “Dia senang dan bahagia karena orang lain senang dan bahagia”. Murni sekali sikap empati ini.  Dia menangis dan sedih ketika tau ada orang yang menangis dan sedih. Dia bersukacita ketika tau ada kesuksesan diraih di Kolose. Bagi paulus adalah  kabar “wao”, mereka menjadi jemaat yang teguh iman dan sangat mengasihi satu sama lain dan juga menjadi penyalur berkat kepada persekutuan jemaat-jemaat kudus secara material. 

Karakter khas Paulus adalah ia bersukacita ketika orang lain bersukacita, dan terus menopang lewat doa supaya suka cita itu tetap bertumbuh bukan berusaha untuk mengagalkan suka cita orang lain. Inilah ajaran yang menguatkan dan luar biasa sifatnya menakala berjuang  membangun tubuh Kristus. Kita hendaknya juga menjadi tiang menopang walapun diri kita sedang dalam keadaan susah sekalipun.

Ketiga, Teruslah mengucap syukur dan berdoa. Kita diajarkan untuk mendoakan  orang-orang tertentu yang sedang bergumul, agar orang-orang itu mengalami damai sejahtera dan sukacita. Ajaran ini bernilai surgawi, karena pemberian terdasyat dan sangat berkuasa bukan uang bukan benda, tetapi sesuatu yang tidak bisa terlihat namun sangat berkuasa, yakni mengirim doa sebagaimana Paulus lakukan ketika terkungkung penjara (lih. 1:9). 

Doa punya kuasa, doa dapat mngubah segalanya. “jikalau dua orang sepakat meminta apapun (matius 18:19) maka permohonanya dikabulkan. Seperti Paulus kiranya, kita berjanji siap untuk membangun tubuh kristus dengan tidak lupa menyebut nama-nama orang, orang-orang tertentu dalam doa kita. Berdoalah buat orang lain dan percayalah bahwa itu adalah pemberianmu yang sangat bernilai dan tak terbalaskan manusia.* (editor: Alhayon)


Baca juga :

Related Post