Saturlino Correia, S.Th., M.Pd.
( Catatan Reflektif Interpretatif atas Kolose 4:5b )
Metronewsntt.com- “GUNAKAN waktu!” demikian wejangan Sint Paul kepada para pengikut di Kolese (Cfr. Kol 4:5b). Wejangan itu diserukan karena “waktu” menentukan manusia. Waktu dan manusia bagai dua sisi dalam satu koin uang.
Manakala waktu berputar atau berlangkah maju, manusia pun ikut berputar atau bergerak maju di dalamnya. Hal ini senada dengan Pepatah Latin, “Tempus mutantur et nos mutamur in illis”.
Manusia dan waktu juga bertalian dan terikat satu sama lain. Yang satu pergi, menyeret juga yang lain. Kadang waktu berjalan dan tidak terasa sehingga ketika seseorang sadar, ia bersama waktu sudah berlangkah amat jauh.
Dalam kesadaran (mungkin) karena dihentak oleh “sesuatu”, seperti orang Inggris dia kemudian berucap. “Time flies like an arrow” (waktu melesat pergi seperti anak panah). Waktu dirasakan berlalu begitu cepat serupa terbangnya anak panah menuju sasaran bidik pemanah.
Bagi orang Yunani, ada dua jenis waktu, yakni “Kronos” dan “Kairos”. Kronos secara umum itu berjalan seperti jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun. Waktu/ Kronos, paling knosisten (1 menit 60 detik, 1 jam 60 menit, satu hari 24 jam, seminggu 7 hari, dstnya). Waktu yang demikian menekankan urutan peristiwa atau kejadian. Lalu kita kenal apa yang disebut kronologi.
Sedangkan “Kairos”, berarti esensi/ hakekat waktu, saat atau momen di dalam waktu. Momen di dalam waktu ini tidak terlulang kembali. It flies away. Pergi dan tidak kembali. “Kairos” ada dalam “Kronos” itu.
“Kronos” bisa saja berjalan tanpa “Kairos”. Artinya “Kairos” sebagai peristiwa bermutu, bernilai, esensi satu karya, apa yang dilakukan, diisi dalam waktu (=Kronos), tetapi tidak setiap waktu (Kronos) yang ada, bermutu.
“Kairos” menjadikan “Kronos” berarti. Karena itu “Kairos” diartikan sebagai kesempatan berharga, mulia, agung dan istimewa (bisa juga terbatas), cirikhasnya berjalan terus (mengalir) dan tidak mungkin terulang kembali. Oleh karenanya “Kairos” dalam “Kronos harus digunakan atau dimanfaatkan sebaik-baiknya. Senada dengan seruan Sint Paul, “Pergunakan waktu dengana baik.”
Tentang waktu, Filsuf besar dari Efesus di zaman Yunani kuno, Heraclitus mengungkapkan dengan istilah ini, “Panta rhei kai ude menei” yang artinya sungai mengalir dan tak akan pernah kembali lagi, (https://journal.forikami.com,7/9/24,18:54). Waktu adalah elemen kehidupan yang sangat menarik bahkan sangat menentukan. Waktu bagi manusia hanya ada jalan maju. Ia terus mengalir. Ia terus berlalu dan hilang seketika.
Dalam duel kehidupan di dua arena waktu itu, sebagian orang menggunakan waktu itu dengan sungguhh-sungguh, tidak menyia-nyiakannya, bahkan menganalogikan waktu itu dengan uang lalu tersebarlah ungkapan, “time is money” (waktu adalah uang ).
Ungkapan ini sebenarnya kurang tepat karena mengaburkan arti atau makna waktu sebagai “Kronos” dan “Kairos”. Namun ungkapan ini baru diterima sebagai bermakna manakala ada upaya yang bernilai dan bermutu (Kairos) untuk kehidupan (seseorang) dalam kurun waktu-kurun waktu yang tersedia (Kronos) itu.
Pada koridor ini waktu menjadi jauh lebih berharga dari pada arti analogis “Waktu adalah uang.” Dalam konteks “Kronos” apabila kita kehilangan/ kehabisan uang, kita dapat mencari lagi dengan bekerja namun dalam konteks yang beda. Tetapi, jika kita kehilangan waktu atau kesempatan (Kairos), maka kita tidak akan bisa mengulanginya kembali, karena waktu terus berjalan atau mengalir.
Sebagai contoh: seorang pria dewasa tidak akan bisa terpulang kembali ke masa kecilnya. Tetapi ia dapat menjadi dewasa karena segala hal (Cerdas, sikap, tindakan) yang diupayakan atau dilakukan semasa sebelum dewasa. Waktu Kronos dan Kairos, bisa dilihat dalam diri pria itu.
Selanjutnya, ungkapan “time is money” hanya dapat dimengerti atau dipahami bahwa, waktu itu amat berharga, bernilai sehingga kita harus dapat memanfaatkan waktu yang amat berharga ini dengan lebih baik, konsisten dan bijaksana. Inilah “Kairos,” atau tindakan “Kairos”.
Pandangan bijak di atas mendukung pemikiran brilian Arthur Schopenhauer (seorang filsuf asal Jerman) yang pernah berkata, “orang rata-rata tidak mempedulikan waktu yang ada, sementara orang bijak menggunakan waktu dengan baik. Orang awam hanya berpikir bagaimana cara menghabiskan waktu yang berjalan dengan rutinitas sehari-hari, tetapi orang bijak berpikir bagaimana cara menggunakannya.”
Terjemahan pemahaman Schopenhauer di atas merujuk kepada keharusan menggunakan waktu dengan baik bukan menghabiskan waktu begitu saja, tetapi lebih kepada mengisi waktu atau menginvestasi waktu tersebut. Menginvestasi waktu, maksudnya adalah memanfaatkan waktu untuk mendapatkan keuntungan (di waktu nanti) di kemudian hari.
Sementara itu seorang motivator dan penyair bernama Ralph Waldo Emerson berkata, “saat ini, sama seperti saat-saat yang lain, yaitu merupakan waktu yang berharga, jika kita tahu apa yang harus kita lakukan dengan waktu yang ada.”
Pandangan Ralph menekankan Kairos, bahwa waktu (kairos) sebenarnya selalu datang dalam hidup kita, namun acap kali kita tidak menyadarinya, karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan, dan akhirnya waktu atau kesempatan tersebut hilang begitu saja-mengalir pergi. Time flies like an arrow.
Pertanyaan reflektifnya, “Bagaimana menyikapi waktu?” Jawaban bijaknya seperti surat Sint Paul kepada pengikut-pengikut di Kolose, “Pergunakan waktu dengan baik.” Waktu harus disikapi secara bijak dengan menetapkan skala prioritas.
Pada umumnya, orang-orang bijak membuat empat kategori penggunaan waktu di dalam memilih prioritas aktivitas. Pertama, hal yang penting dan mendesak. Kegiatan ini tidak dapat ditunda-tunda, dan harus segera dilaksanakan. Kalau tidak dilakukan akan menimbulkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari yang tidak ada gunanya.
Kedua, hal yang penting tetapi tidak mendesak. Kegiatan ini penting, tetapi tidak menjadi prioritas utama untuk didahulukan. Hal itu dapat dilakukan setelah yang penting dan mendesak.
Ketiga, kegiatan yang hanya membuat sekedar sibuk. Kegiatan ini tidak terlalu penting, dan hanya menambah kesibukan saja. Tidak dilakukan pun tidak akan menimbulkan kerugian bagi kita.
Keempat, waktu yang terbuang. Inilah waktu yang kita sia-siakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Jadi, kita harus memprioritaskan hal-hal yang penting dan mendesak, sehingga kita dapat memanfaatkan setiap waktu dengan baik dan tidak berlalu dengan sia-sia.
Berkiatan dengan pandangan para bijak di atas, Leo Tolstoy, seorang sastrawan terbesar asal Rusia mengingatkan, “Ingatlah, bahwa hanya ada satu waktu yang penting, dan waktu itu adalah saat ini. Saat ini merupakan satu-satunya waktu yang dapat kita kendalikan”.
Kita tidak bisa mengendalikan waktu lalu dan waktu di depan, dan hanya bisa kendalikan waktu kini, memanfaatkannya sebaik-baiknya saat ini. Kita harus bijaksana menggunakan waktu yang berjalan ini, atau setiap kesempatan yang datang kepada kita. Sebab waktu adalah pemberian Allah dan digunakan untuk hanya untuk kemuliaan Allah (Soli Deo Glorya) dan Kemuliaan Allah itu untuk kehidupan atau keselamatan manusia. (Glorya Dei homo vivens).* (Penulis Kakan Kemenag Kab. Kupang)