Daud Bani
Metronewsntt.com, Oelamasi- Jika dihitung mundur dengan berpatok pada tahun 2024, itu berarti usia purna tugas seorang ASN berjabat fungsional 58 tahun saja, tidak sampai usia karya 60 tahun. Dia pensiun lebih cepat. Kog bisa? Bisa, jawabannya.
Pejabat fungsional yang bernama lengkap Dau Bani, dan bergelar Sarjana Pendidikan, lahir tahun 1966 di masa orde baru, dengan gejolak pendidikan yang terus maju dan dalam pergerakan kurikulum yang “ok”, Kurikulum 1966. Kurikulum pendidikan ini sangat menekankan pengetahuan teoretis dan lebih fokus pada pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Sewaktu kecil, Daud tidak menempuh jalur “Kinder Garten,” yang pada masa itu belum terlalu tenar. Dalam bahasa kita “Kinder Garten” diterjemahkan dengan “Taman Kanak-Kanak”. Bayangkan, ada Taman dalam gedung dan di sana terhimpun anak-anak. Mereka ditata oleh tangan terampil ibu-ibu guru dan gadis-gadis belia berwibawa seorang ibu atau mama.
Walau tidak melalui jalur Kinder Garten, Daud tetap lolos ke Sekolah Dasar (SD). Dia mengalami perpanjangan waktu sekolah saat di SD tetapi seorang Daud tidak memikirkan lamanya waktu sekolah karena dibenaknya ia hanya berpikir untuk sekolah. Setelah SD, beliau lanjut studi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tamat SMP, si hitam manis, Daud, terus melanjutkan sekolahnya ke tingkat lebih tinggi. Ia terdaftar menjadi siswa Pendidikan Agama Kristen (PGA), sekolah kejuruan di Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setelah selesai di PGA 1986, ia melamar menjadi guru honor dan berkarya sebagai guru agama di SDN Besleu Kab. Kupang.
Seperi dibimbing “Tangan Tak Kelihatan,” ia kemudian melepas titelnya sebagai guru honor dan melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi. Sedikit membusung dada, pemuda yang pernah mengenyam pendidikan SMP di Pulau paling Selatan Indonesia ini (P. Rote), mendaftarkan diri di Perguruan Tinggi dan menjadi mahasiswa Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, pada tahun 1993.
Kisahnya, karena harus bersusah paya mengais finansial untuk sekolah maka ia bertekat tekun dan belajar serius, “Jatuh bangun Daud mengejar ilmu.” Ilmu Keserjanaan di bidang agama untuk bekal hidup dan senjata perjuangan di medan bhakti kelak.
Tekun dan serius itu menghasilkan buah. Ijazah Sarjana digondol pemuda yang dikenal tidak pernah pacaran selama kuliah, yang dimulainya pada tahun 1993. Baginya, “Life is learning: Learning by reading and learning by doing.”
Setelah menyelasaikan Studi Strata Satu, tahun 1998, Putera dari kampung Rabe ini kembali lagi menyandang gelar guru honor. Ia tekun dan fokus menjalani profesi ini, dengan dituntun prinsip: “bukan upah yang utama tetapi bagaimana belajar melahirkan ilmu yang telah ia kandung selama belajar diperguruan tinggi,ini yang penting.
Sebagai guru honor, “Untung dari segi waktu mesti diraih” maka pada tahun 2000, ia berpeluang mengikuti test mau menjadi PNS. Daud yang setia pada profesinya sebagai guru honor mengadu untung mengikuti test CPNS formasi Guru Agama Kirsten.
Karena “over confidence,” menurut kisah temanya, ia mengerjakan test dengan “indehoi,” alias enteng dan cepat. Hemat beliau, Sikap “Indehoi” karena punya pengalaman menjadi guru lebih dari empat tahun dan berkeyakinan bahwa “Lulus itu sudah pasti.” Apa lacur? Hasilnya, Guru Honor itu dinyatakan tidak lulus test.
Hasil test demikian tidak membuat guru honor itu, down. Ia kembali megajar sebagai guru honor. Prinsipnya, Ilmu harus terus dibagi. Dengan berbagi ilmu, saya belajar menumpuk ilmu baru dari sumber belajar, yakni para siswa dan lingkungan belajar yang ada.
Semakin matang dalam profesi yang digeluti, Daud kembali lagi mengikuti test menjadi PNS pada tahun 2005. Ia dinyatakan lulus test CPNS dan mulai berproses sebagai seorang Guru Agama Kristen dan berpedikat Pegawai Negeri Sipil. Luar biasa!
Masuk dalam sistem sebagai abdi negara dan abdi masyarakat di bindag pendidikan, Daud yang bernama lengkap Daud Bani tetaplah seorang Daud Bani dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Pendikan Agama Kristen. Ia tekun dan sangat bertanggung jawab dengan profesi ini.
Daud Bani, S.Pd., resminya menjadi PNS pada 1 Januari 2005 dan mengakhiri purna tugasnya sebagai PNS pada Kementerian Agama pada 31 Juli 2024, sebagai Pejabat Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Katolik Tingkat Dasar.
Jika dihitung-hitung, dengan ditambah Wiyata Bhakti maka masa kerja Daud Bani sebagai PNS di Kementerian Agama selama 29 tahun 5 bulan, dengan umur purna tugas hanya 58 tahun. Ini hal yang luar biasa. Artinya karena kendala personal dan regulasi kepangkatan maka sangat memungkinkan usia kerjanya hanya 58 tahun.
Apakah Daud, si Pengawas Pendidikan Agama yang beroperasi di wilayah Kecamatan Amarasi Timur, Amarasi Selatan dan Barat ini, “onar” (dialek Kupang) dengan usia itu. Ia bersahaja dan dengan tangan terbuka dan pikiran jernih menerima fakta ini.
Ia tersenyum ketika menerima Piagam Purna Tugas dari Kepala Kantor Kemneterian Agama Kabupaten Kupang karena telah lama mengabdi sebagai Guru Agama dan Pengawas Pendidikan Agama Kristen di Institusi Kemenag Kabupaten Kupang.
Menurut Kepala Kantor Kemenag Kab. Kupang, Saturlino Correia, “Ia pergi sebagai orang “sempurna.” Ia dapat digelari “Emeritus” karena telah melaksanakan tugas dengan hasil gemilang. Ia juga sempurna karena selama menjadi ASN, putera perkasa dari Kampung Rabeka, Kecamatan Amarasi Tumur, Kab. Kupang ini, tidak pernah mendapat teguran keras, tidak di BAP atau mendapat pembinaan khusus.
Lanjut Satur, “Kebersamaan dengan Pak Daud menjadi mahal di detik-detik pisah seperti ini”, karena itu atas nama pribadi dan selaku pejabat pada Kementerian Agama, kami haturkan limpah terima kasih atas kebersamaan dan kerja sama yang telah dibangun dan dijalin selama ini. Persaudaraan sejawat telah membuat kita kuat dan sukses. Kini kita harus terima realitas waktu saat ini dan ke depan, “walau kita jauh di mata tetapi selalu dekat di hati melalui doa dan dukungan. Terima kasih.
Tidak hanya itu, selaku Ketua Pokjawas, Yaner Lakapu memberi kesaksian bahwa “Daud itu orang baik dan perasaan trenyuh meliputi kehidupan kami para pengawas pendidikan agama Kristen karena kebersamaan dengan orang baik ini harus berakhir di sini.” Karena itu ia berpesan kepada “orang baik” ini, “Simpan saja yang baik dari kami agar warna kehidupanmu tetap baik”.
Berat memang, melepaskan kepergian Pengawas PAK terkasih ini begitu saja. “Buatlah kenangan manis dan berkesan”, ucap Muchsin dan Titiek Sandora, dan wujudnya adalah perwakilan para guru asuhan, para pengawas rekan sejawat mengenangi Daud dengan bingkisan-bingkisan sebagai tanda kasih dan sayang. Selamat dan sukses, Pak Daud Bani S.Pd.* (mnt/*)