WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

Penguatan Keluarga Bangkitkan Semangat Konstantinus Mbana Lawan Covid-19

Metronewsntt.com 06-08-2021 || 12:25:21

Konstantius Mbana

Oleh Rafael L.Pura

Metronewsntt.com- SELAIN vitamin, penguatan dari keluarga maupun orang-orang terdekat barangkali menjadi obat paling mujarab bagi pasien covid-19. Ditengah kesepian menjalani isolasi, dukungan mereka paling dibutuhkan.

Kekuatan itu dialami Konstantinus Mbana, saat menjalani isolasi mandiri Maret 2021 kemarin. Saat terpapar covid-19, ia sempat dijauhi istri dan anak-anaknya, yang membuatnya begitu terpukul. Ia perlahan bangkit, setelah diberikan penguatan oleh istri dan anak-anaknya di saat-saat kritis penderitaannya.

Saat ditemui di Sekwan Kota Kupang, rabu, (4/8), Konstantinus menceritakan kembali pengalaman menjalani isolasi mandiri. Peristiwa yang sudah lima bulan berlalu itu, masih begitu seger diingatannya.

Kons Mbana, begitulah sapaan akrabnya, dinyatakan positif covid-19 hasil swab Maret 2021 lalu. Ia kemudian menjalani isolasi mandiri sebulan lebih di rumahnya. Momen itu dikenangnya sebagai masa yang paling berat dalam kehidupan keluarganya.

"Tidak tau dimana saya dapatkan (terkonfirmasi covid-19) itu. Yang pasti, Maret kemarin, menjadi hari-hari yang tak akan saya lupakan sepanjang hidup keluarga kami. Merasa ditinggalkan dan kesepian. Jujur saja, positif covid-19 itu, sebenarnya kalah menakutkan dari stigma negatif anak-anak saya, istri bahkan keluarga besar," katanya.

Gejala awal dirasakan Kons Mbana saat datang ke acara ulang tahun kerabatnya. Ia merasa gatal-gatal pada tenggorokannya. Ia mencoba menghilangkan itu dengan mengkonsumsi alkohol dan benar, gatal-gatat itu hilang.

Ia kemudian pulang ke rumah sekitar pukul 22.00 Wita dan langsung mandi. Saat tidur, ia mulai demam dan menggigil. Ia langsung mengkonsumsi obat malaria untuk melawan gejala itu, namun deman itu tak kunjung reda meski butur-butir obat itu telah dikonsumsinya selama satu minggu.

"Awalnya saya kira demam biasa, sehingga saya beli obat malaria (Kina), tapi selama satu minggu minum obat, demam tak juga redah. Suhu badan saya panas sekali," kenanganya.

Memasuki minggu kedua, setelah demam itu, penciumannya mulai hilang, disusul napsu makan menurun drastis. Anak laki-lakinya yang juga perawat, kemudian melakuakan test swab dan hasilnya positif.

Dijauhui Keluarga

Saat dinyatakan covid-19 hasil swab itu, anak serta istrinya mulai menjahuinya. Kons, ditinggal pergi anak istrinya dan menginap di rumah mertua, beberapa meter saja dari rumahnya. Kons mulai tinggal sendiri dalam kamar dan melalui hari-hari kesendirianya diselimuti kesepian yang mendalam.

"Sedih saya. Sangat sedih. Tapi apa boleh buat. Ini juga demi keselamatan mereka. Saya pasrah" katanya.

Kons melalui hari "pengasingan" itu dengan menenggak madu dan memperbanyak minum air putih. Tidak ada napsu makan sama sekali. Kons juga menjalani terapi air panas yang dicampur dengan minyak kayu putih. Uap air panas itu, rutin dihirupnya pagi, siang dan malam hari.

Namun Kons beryukur, memiliki istri yang setia. Apapun yang dibutuhkan selalu diantar. Selama masa karantina itu, Kons berkomunikasi dengan istrinya lewat telepon.

"Kalau mereka mau antar makanan, hanya simpan di luar, nanti saya keluar ambil. Istri saya hanya memandang saya dari jauh, ketika saya mengambil makanan itu," kenangnya.

Memasuki minggu keempat masa "pengasingan" itu, Kons mulai pasrah. Ia merasa kematian sudah begitu dekat dan bakal memjemputnya. Badannya mulai lemah.

"Saya sudah pasrah. Badan lemah sekali. Sudah hampir satu bulan hanya minum madu dan air putih saja. Tidak ada napsu makan sama sekali. Saya sudah pasrah. Saya mau diinfus saja," kenangnya lagi.

Bangkit Karena Penguatan

Istrinya yang sedih dengan penderitaan Kons selama satu bulan belakangan, mulai memberanikan diri mendekatinya, meski tidak kontak fisik. Istrinya meminta Kons tetap kuat dan yakin bisa melawan penyakitnya itu.

Anak-ankanya yang sebermula menjauh, kini mulai berkominikasi jarak dekat. Mereka terus memberikan motivasi dan penguatan kepadanya.

"Meraka bilang; bapa harus kaut. Tidak boleh lemah dan kalah. Kata-kata itu, membangkitkan semangat dan gairah hidup saya. Saya sangat ingat mereka. Saya harus sembuh, kerja dan menyiapkan masa depan untuk mereka. Sementara istri saya, tidak mau saya diinfus dan memohon saya untuk makan, apapun keadaanya," kenangnya.

Kata-kata permohonan istri dan anaknya itu, menjadi cambuk motivasi melawan covid-19 itu. bawang putih bakar, yang sebelumnya enggan mau dikonsumsinya itu, mulai dilahap Kons.

"Istri saya paksa saya harus makan, Bawang putih yang sudah dibakar, dibuat seperti sate. Saya langsung memakannya. Setelah rutin makan itu selama satu dua hari, entah bagaimana, napsu makan saya mulai membaik. Sejak saat itu, saya rasa agak baikan," katanya.

Saat kondisinya mulai membaik, Kons kemudian kembali manjalani swab dan hasilnya negatif.

Momen yang paling dikenang Kons saat menjalani isolasi itu, adalah dijahui anak-anak dan istrinya. Kepada masyarakat atau keluarga yang dilingkungan tempat tinggal atau sanak saudaranya terpapar covid-19, Kons menyarankan, sebaiknya diberikan penguatan dan motivasi, selain tentunya berdoa, minum obat, vitamin dan makan makanan bergizi.

"Dari sini, saya mau katakan, kalau keluarga kita tekena covid-19, jangan tinggalkan ia sendirian. Selau beri penguatan dan motivasi. Perhatikan dia, tapi tetap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat" katanya.

Dukungan yang sama pula, dialami Maxi Fanggidae, yang terpapar covid-19 Maret lalu. Maksi sendiri bekerja di Sekwan yang juga warga Kelurahan Sikumana. Ia bersyukur didukung penuh keluarganya maupun maupun tetangganya.

"Saat saya terpapar covid--19, saya kira orang akan meninggalkan saya. Tapi saat saya menyampaikan ke keluarga dan tetangga mereka malah memberikan dukungan yang luar biasa. Begitupun dengan Puskesmas, yang selalu memberikan vitamin setiap hari, diantar langsung ke rumah," katanya.*****


Baca juga :

Related Post