WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

Marjjgob Anneliesie, Jadi Ibu atau Wanita Karir ?

Metronewsntt.com 26-09-2023 || 11:20:46

Ketiga ibu dewasa yang berkari

(By Alhayon)

Metronewsntt.com- PADA dinding media digital seorang Marjjgob Anneliese menulis demikian untuk putri-putrinya: “Statusku sebagai mama lengkap dan sejati adanya, manakala putri pertamaku lahir, dan seterusnya sampai yang ketiga.” 

Atas status dan realita ini, Aku “angkat tangan” dan meyakini diriku, bahwa hal demikian terjadi secara alamiah. Tidak ada sekolah khusus untuk profesi ini. Maka makna pernyataan ini membuat aku paham, “Mencintai mereka lebih dari mencintai dan menyayangi diri sendiri.” 

Seiring waktu yang merambat maju, putri-putriku bertambah usia dan mulai merajut cita mereka masing-masing. “Mencintai…” seperti pernyataan di atas, mulai menyata. Situasi dilematis menghantuiku sehingga saban waktu aku bertanya: “Apakah aku tetap menjadi wanita karir? Tetap melanjutkan aktivtas rutin sebagai wanita karir di luar rumah ?” 

Sesungguhnya dalam situasi dilematis keputusan tidak boleh diambil, maka untuk capai keputusan final, sangat perlu memikirkan kehidupan kami ke depan, dan selayaknya berkompromi dengan “pendampingku.” Tetapi setelah merenung panjang, aku sadar bahwa keputusan tegas harus datang dariku. Aku harus berani melepas bagian “ego”ku yang paling sensitif demi putri-putriku. 

Palu keputusan akhirnya aku jatuhkan: “Tinggal di rumah.” Keputusan ini berat nian. Ia merubah karakterku sebagai wanita karir yang ideal, dan mengangkat derajatku lebih tinggi sebagai seorang mama bagi putri-putriku. Oleh keputusan itu, aku dihantar kepada sentral kehidupan sebagai seorang ibu sejati. Aku belajar untuk kuat saat berkutat dengan takut kehilangan. Kehilangan segala hal yang menyenangi diri dan hidupku.”

Sering dalam renungan sunyi, aku katakan ini pada diriku: “Memiliki anak perempuan bagai memiliki putri-putri cahaya, dan hujan karunia membasahi seluruh diriku. Kalian adalah anugerah “Cahaya Maha Cahaya” untuk diriku yang kalian sapa mama, dan untuk keluarga.

Selaku mama, tugas dan peranku menjadi sempurna. Bersama kalian, kita telah merancang dan membangun satu “sekolah kehidupan,” di mana aku menjadi “guru – mama guru” yang hebat untuk kalian, dan kalian adalah sahabat “Mama guru” yang “tidak mau membentuk kalian menyerupaiku.” 

Sebagai ‘guru’, aku  berkehendak: “Kalian menjadi orang yang sabar, karenanya aku harus lebih awal belajar sabar. Kalian akan menjadi orang yang peduli, memahami kepentingan orang lain, karenanya kuharus meluangkan waktu untuk bersepakat dengan kalian saban waktu. 

Aku juga mau, kalian harus berjuang untuk hidup dan kehidupanmu, karenya akau ajak untuk belajar secara fair mendapatkan apa yang dibutuhkan. Risikonya setiap ‘keinginan’ kalian, tidak serentak dikabulkan. 

Dalam langkah dan tapak kalian menuju dewasa, “Mama guru” juga sadar, bahwa kalian tumbuh dan belajar melalui perlakuan yang kalian terima dari mama. Karena itu mama memacu diri untuk belajar jadi sahabat hati kalian, menjadi rekan sekerja dengan kalian agar kesanggupan mentalmu dibentuk. Ingatlah putri-putri cahayaku jika sudah dewasa, kepribadianmu telah ‘utuh’ dan bisa mandiri: “Tengoklah mamamu ini!”

Putri-putri cahayaku, setelah tahap-tahap pendidikan kamu lewati, dan harus berpencar mengejar masa depan masing-masing, mama harus rela. Rela membiarkan kalian terbang mengarungi luasnya langit biru masa depan kalian, dan hanya seuntaian doa sebagai pengiring jalan kalian adalah: “Kupercayakan kalian pada ‘Perancang Kehidupan.’ Ia akan mengatur kalian seturut kehendakNya.”Dan semua itu baik.” 

Nasarku ini kadang membauat aku spih dan sedih, karenanya untuk merasakan kehadiran  karena terpisah jarak dan tempat, kupeluk erat bayangmu melalui lukisan wajahmu. Sentuhan energy kasih yang tak berbatas menyelimuti kita melalui debaran berirama jantung mama yang terasa di nadi kalian. 

Mama juga ingin agar di usia dewasa muda seperti ini, kalian tidak harus berjuang sendiri, tetapi apa mau dikata. Waktu terus maju dan mengajakmu pergi bersamanya. Mama juga seperti tidak puas melihat banyak hal indah dulu yang kini hanya tinggal kenangan. 

Waktu memang tidak bisa diputar mundur, dan kalian terus berlangkah dan harus maju. Terus bertumbuh dewasa dan siap membuktikan diri, bahwa “kamu bisa.” Itu artinya kalian harus tinggalkan mama. Mama rela dan tidak menyesal.

Hai, putri-putri cahayaku, “Berkembanglah menjadi perempuan yang kuat, tetapi haruslah dengan cara yang elegan, sederhana dan tenang. Tidak salah langkah memilih “jalan dan janji untuk berlabuh” kelak. Waspada menjaga pergaulan. Harga diri dan kehormatan harus dirawat dengan baik. Perlahan dan tahap-demi tahap kalian akan menemukan stabilitas, kedamaian dan kebahagiaan hidup.

Dalam kegelapan atau cahaya, kalian harus tetap menjadi bunga yang terus mewangi. Mama merindukan kalian, selalu dan selalu. Ingatlah juga kata-kata si bijak pandai ini: “Ketika kehendak kita tidak sejalan  dengan rencana Allah, biarkan dan ikuti saja, karena Allah tidak butuh persetujuan kita.” Katup saja tangan kalian dan tengadalah ke langit-Nya untuk terima “Rancangan-Nya.

Dara-dara manisku, mama mencintai kalian dengan segenap hati dan seluruh rasa. Jadilah perempuan berilmu dan amalkan ilmu yang kalian capai. Ilmu tidak untuk dihafal saja tetapi diolah menjadi manfaat. Ia menciptakan peluang dan memudahkan kalian jadi saluran berkat bagi orang lain. Akan ada waktunya, ia membuat semua gembira dan suka cita. 

Kisah menarik Anneliese menjadi seorang ibu, seorang mama sejati bagi putri-putrinya, diakhiri dengan kata-kata yang penuh makna, yang tergores di dinding media digital untukku sebagai penikmat kisah, yakni: “Love, mama.” ***


Baca juga :

Related Post

  • avatar user
    Love
    oleh: Marliesa tanggal: 2023-09-26
    Keren tulisanmu tata????????????