Potret kondisi sekolah SMP N 5 Amabi Oefeto yang beratap daun dan berlantai tanah (Foto Istimewa Tim Polsek Kupang Timur )
Metronewsntt.com, Oelamasi-Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tentunya perlu didukung dengan sarana bangunan pendidikan yang layak. Karena kehadiran sebuah bangunan sekolah yang layak membuat anak-anak bisa merasa aman dan nyaman dalam proses belajar bagi siswa-siswi dan mengajar bagi para guru.
Namun kenyataan, masih ada bangunan sekolah yang tidak layak misalnya masih beratap daun dan berlantai tanah. Hal demikian dirasakan oleh 63 siswa yang mengenyam pendidikan di SMP Negeri 5 yang berlokasi di Dusun 3 Desa Fatute, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Sekolah Satu Atap (Satap) yang dibangun melalui swadaya masyarakat sejak 2017 ini, telah meluluskan kurang lebih 39 siswa selama tiga tahun terakhir, dan sekarang akan diikuti lagi 18 orang siswa yang akan tamat dari sekolah tersebut.
Para pengelolah dan pelaku pendidikan terus menaruh harapan perubahan dari pemerintah dalam hal ini dinas terkait guna bisa membantu sebuah bangunan ruang belajar yang layak bagi proses belajar dan mengajar, terkhusu bagi anak-anak yang saat ini mengenyam pendidikan di sekolah itu.
"Sekolah ini merupakan sekolah Satap yang defakto sudah memiliki ijin operasional dan NPSN, dan juga untuk lahannya sudah ada surat pelepasan hak tanah," kata Kepala Sekolah SMP N 5 Amabi Oefeto, Sepriana Saefatu , S.Pd saat dikonfirmasi media, Jumat (24/2).
Secara data, Saefatu menjelaskan jumlah guru yang mengabdi di sekolah ini sebanyak 13 orang, yang terdiri dari PNS 3 orang, guru kontrak daerah 1 orang, guru honor sebanyak 7 orang , dan pegawai administrasi 1 orang.
"Untuk jumlah peserta didik berjumlah 36 orang yang terbagi dalam kelas 7: sebanyak 13 orang, kelas 8 sebanyak 5 orang dan kelas 9 sebanyak 18 orang."
Sedangkan untuk jumlah ruang belajar sebanyak 3 ruang kelas dan 1 ruang kantor .
"Berkaitan dengan sarana pendukung berupa meja kursi kami baru saja lakukan pengadaan melalui dana BOS , yakni meja sebanyak 10 buah, kursi plastik sebanyak 10 buah (untuk guru), dan untuk siswa meja kursi yang baru ada 5 kursi kayu dan 5 meja kayu, sementara kursi dan meja yang lain merupakan pinjaman dari SD, walau hemat kami kursi dan meja tidak layak pakai," tuturnya.
Ia berharap, adanya perhatian dari pemerintah dalam hal dinas terkait guna bisa membawa suatu perubahan dalam membantu mendapatkan sebuah pembangunan ruang belajar yang layak bagi anak-anak di sekolah ini.(mnt)