WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

KALA FINAL, PETARUH KECIL DI KAMPONG BERGELIAT

Metronewsntt.com 22-12-2022 || 09:26:39

Vinsen AL. Hayon

(Catatan lepas pasca Final World Cup Qatar 2022)

Metronewsntt.com.bola- PARA petaruh kecil-kecilan di kampong bergeliat hebat. Mereka berburu rezeki lewat taruhan kecil-kecilan. Mereka menjagokan timnya pasti menang, dan keluar sebagai juara Piala Dunia Qatar 2022. Mereka berpihak pada salah satu, dan bertaruh untuk “Tim Tanggo Argentina atau Tim Les Blues Perancis.

 

Selama laga berlangsung, mereka begitu tegang. Duduk berdiri tidak tenang. Irama perasaannya turun naik sesuai tensi laga yang sedang berlangsung di Stadion Lusail Iconic, Qatar. Mereka semangat dalam dilemma.

 

Ketika timnya memasukan goal, gembira dan bersuka cita menebar. Senyum dan ketawa ngakak melambung tinggi. Dan jika kemasukan goal, aneka ekspresi ditampilkan:’ sedih, kecewa, marah-marah dan menyalahkan segala situasi.

 

Terjadi demikian lantaran Laga yang dihelat itu seperti “battle,” (pertarungan hidup mati). Sistim rimbah seperti sedang berlaku di laga bergensi itu: “Siapa yang lebih kuat, dialah yang menang. Siapa yang lebih hebat, dialah yang mengalahkan lawannya.

 

Yang “berdaya tahan fisik separuh dewa dan bermental mayor,” dialah yang akan berdiri teguh, mengangkat tangan dan bersorak menang. Khusus dalam pertandingan itu, “Yang lebih beruntung” dialah pemenangnya.

 

Ini fakta dan tidak dapat disangkal, bahwa daya magis laga Final World Cup Qatar 2022 memikat sampai ke kampong-kampong. Di laga bergengsi itu serasa “Sihir Mesi” dan “Hatrick Mbappe” menghadirkan sejuta emoji. Kecewa dan sedih, girang dan suka cita bergayut satu. Semuanya membaur di antara yang menang dan yang kalah, termasuk para petaruh kecil-kecilan di kampong.

 

Bagi para petaruh kecil yang untung taruhan. Mereka bagai “ketiban durian runtuh.” Pundi-pundinya terisi walau tidak seberapa, bahkan menu makan harianya meningkat kadar gizinya.

 

Nama dan kemenangannya menjadi buah bibir di kampong, menjulang tinggi melampui tim pemenang yang dibelanya. Ia bangga jadi fans fanatik untuk tim yang mendatangkan keuntungan baginya.

 

Sementara petaruh kecil di kampong yang kalah, emojinya meletup-letup: “pelatih disalahkan, pemain apa lagi. Wasit dicap tidak becus memimpin pertandingan. Mengapa tidak memberikan penalty? Teknik digital VAR juga disalahkan, bahkan ia berdalil: “Itu setingan.”

 

Pemandangan ini wajar dan positif, karena ia dan kampongnya adalah kepingan kecil dari dunia. Mereka adalah bagian dari World Cup Qatar 2022. Efek mondial World Cup sudah merasuki dirinya dan memvirus kampongnya.

 

Ini efek global suatu peristiwa dunia. Ini bukti kemajuan dunia. Ada unsur keserentakan dan tranparansi bernuansa mondial sehingga dia seperti “lerlibat langsung”, walau jauh sekali di kampong.

 

Petaruh kecil yang kalah itu hanyalah ”orang kecil”, yang terasa ganjil ocehannya: “Mengapa tim yang dibelanya kalah?” “Kenapa kesalahan di area gawang, tidak disangsi penalty?” Mengapa berjuang untuk kekalahan? tanyanya.

 

Emojinya nampak demikian karena faktor “kehilangan.” Sepeser duit atau material taruhannya berupa sembako telah dibandrol untuk kemenangan tim andalannya, raib. Tim andalannya kalah. Tetapi semua yang ia buat adalah cara dia meramaikan peristiwa World Cup Qatar 2022.

 

Bahkan ada realita yang lebih menonjol dan dipandang “aneh bin ajaib,” bahwa para petaruh kecil yang gagal itu, sampai detik ini pun masih meyakini: “bahwa tim andalanya menang walau secara realita timnya kalah. Ini sikap “fanatic beyond of reality.” Bahkan mereka memberikan ancaman untuk World Cup empat tahun mendatang. Wao !

 

Salut atas geliatnya aneka emoji demikian. Semuanya adalah bukti cinta akan pesta bola kaki empat tahunan ini. Cinta mereka pada tim kebanggaanya, tulus. Tidak lekang oleh karena kejadian “kalah.” Dan sampai detik ini, mereka tidak berpaling atas timnya yang “gugur” di medan laga.

 

Di final Pildun Qatar 2022, situasi petaruh kecil di kampong itu seperti terhipnotis “Sihir Mesi”. Mereka seperti mengalami Mesi dan setim bersamanya walau di kampong. Mereka juga terpana “Effect Dejavu” dari Mbappe, (Dejavu: Merasa bahwa sudah ada di peristiwa, situasi dan kondisi langsung piala dunia sebelumnya dan peristiwa hari ini adalah ulangannya), padahal dia ada di kampong.

 

Singkat makna, seperti ikut menukangi tim yang berlaga, bahkan terlibat bermain, padahal ia hanya petaruh kecil dari kampong yang amat sangat jauh dari locus Fifa World Cup yang sedang terjadi. Ia hanya “berperasaan mengalami situasi yang sedang ada sekarang.” Ekstraordianry.

 

Apa mau dikata, karena hanya dengan dan melalui cara ini ia turut meramaikan Fifa World Cup Qatar 2022. Walau emoji-emojinya tidak realisitis dan sportif. Maklumkan, karena tidak dengan bijak mengelola kecerdasan emosional. Akibat lanjutnya menyangsikan kemenangan tim yang tidak dibelanya, dan sangat mungkin memicu terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan.

 

Para petaruh kecil-kecilan hanyalah penonton dan fans yang ikut meramaikan pesat bola kaki dunia. Hanya saja merasa seperti menyatu sekali dengan laga World Cup di Qatar, walau di kampong. Hanya fanatiknya berlebihan. Hindari semua itu agar euphoria World Cup tidak mencelakakan dan bawa mala petaka. Yuk, Kita siap untuk tonton lagi World Cup empat tahun lagi.*


Baca juga :

Related Post