WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

MESI BAGAI ORANG SAMARIA DAN MORIYASU IKUTI BUDAYA

Metronewsntt.com 15-12-2022 || 15:19:05

Argentina

(catatan lepas untuk moment inspiratif di PD Qatar 2022)

Oleh; Vinsens Al Hayon

 

Metronewsntt.com-bola. SEJUTA pelajaran inspiratif tersaji dan menarik untuk disimak pada setiap episode laga akhbar Fifa World Cup Qatar 2022.

 

Satu dua moment yang sempat terekam kamera dan jadi viral. Seperti contoh, moment ketika Hajime Moriyasu membungkukan badan ke hadapan supporter Timnas Jepang di Al Janoub Stadium, Al Wakrah, Qatar, dan Mesi yang lari menyongsong Emilio Martinez usai laga dan memeluknya.

 

Perilaku mereka adalah tindakan legowo, rendah hati dan sungguh manusiawi. Moriyasu meminta maaf kepada supporter (dan tentun negaranya) atas kekalahan Timnas Jepang dari Timnas Croatia.

 

Moriyasu juga secara tidak langsung menyampaikan terima kasih kepada semua penonton di sana dan di seantero jagat yang telah menyaksikan laga Timnas Jepang versus Timnas Croatia di babak 16 besar PD Qatar 2022.

 

Bagi Mesi dan Moriyasu, pertandingnan yang disuguhkan adalah pertandingan kelas dunia yang mengikutsertakan di dalamnya “harga diri” atau “martabat” masing-masing negara. Ini pentas elegan dan beretika, dan tidak mematok aturan hukum rimba yang hanya mengandalkan instink.

 

Atas alasan ini, Moriyasu dan tim yang dibesutnya mengaku kalah tanpa sepatah kata alasan, dan seperti wajib hukumnya Moriyasu meminta maaf dan berterima kasih dengan cara dan sesuai adat budayanya.

 

Alasan lainnya, karena elegan dan beretika maka kedua belah pihak menerima kenyataan seturut hasil sebagai akibat dari proses yang dijalani. Kedua belah pihak takluk di bawah semboyan Fifa World Cup Qatar 2022: “For the game, for the world.”

 

Untuk Timnas Jepang, laga di perempat final bagai: “Untung yang tidak dapat di raih, dan malang tidak patut di tolak,” dan untuk Timnas Argentina di babak Semi Final yang menang atas Tim Croatia: “Menang untuk tidak bermegah” karena lewat bermain para pemain mendapat kesegaran jiwa dan raga dan kesempatan untuk menakar keseimbangan hidup sebagai “homo ludens” (Insan bermain).

 

Bagi Timnas Jepang di laga perempat final (dan Timnas Croatia di babak semi final,) “Kekalahan adalah keberhasilan yang tertunda dan kemenangan tim lawan adalah pembelajaran untuk kemajuan ke depannya.”

MESI = Seorang Samaria yang balik untuk berterima kasih.

 

Mesi, si mega bintang Argentina bernomor punggung 10 itu punya cara sendiri untuk berterima kasih. Usai peluit tanda akhir laga ditiup, ia mengangkat tangan ke “Atas” sebagai symbol ucapan syukur kepada Tuhan, dan kemudian bergerak ke arah Emiliano Martinez

 

Pada saat yang sama, ke 9 pemain lain dari timnya berlari ke Lautaro Martines, dan merangkulnya, mengerubunginya dalam sukacita yang besar serta menyorakinya sebagai pahlawan karena tendangan penaltynya menentukan kemenangan Timnas Argentina atas Timnas Belanda.

 

Mesi bagai seorang Samaria dalam “Kisah Kitab Euanggelion.” Ia mendekati Emiliano Martinez, kiper timnya yang sedang bertiarap syukur atas kemenangan, dan memeluknya kuat, membangunkannya dan mengapresiasinya dengan pelukan syukur. Ia berterima kasih kepada Emi Martinez.

 

Mesi adalah pemain pertama yang memeluk Emi Martinez rekan setimnya sebagai tanda terima kasih. Sedangkan ke 9 rekan setimnya memilih pergi bersyukur bersama Lautaro Martines. Sah-sah saja.

 

Khusus tentang perilaku Mesi. Ia berterima kasih kepada Emi Martinez, dan hampir pasti ia mengucapkan ini: “Gracias amigo. Lo hicimos, Gracias Emi.” (Terima kasih banyak. Kita sukses sahabat, Emi).

 

Mesi sadar bahwa kesuksesan E. Martinez menahan dua tendangan penalty dari 2 pemain Timnas Belanda adalah kesuksesan mereka. Bahkan menggemakan namanya dan negaranya untuk melanjutkan pertandingan ke babak semi final.

“Pelukan” Mesi sebagai tanda terima kasih, tidak serta merta meruntuhkan kebolehan Mesi, dan kehebatanya sebagai pemberi asis kepada Molina untuk menciptakan gol dan sebagai eksekutor penalty pada saat fair play melawan Timnas Belanda.

 

Pelukan dan apresiasi Mesi adalah pujian yang mendukung kemajuan Emi. Supaya selama kariernya Emi Martinez akan terdorong untuk tetap melakukan hal-hal yang baik, bahkan “be the best”. Ia terus berjunag sampai titik batas bahkan “beyond of limited talent.”

 

Maksud lebih jauh dari pelukan dan apresiasi Mesi, hematku adalah mau mengajarkan Emi Martinez: “Bahwa Tim kita sedang ada di jalur dan hasil yang kita raih saat ini, dan ingatlah bahwa ada banyak orang lain yang telah turut berperan untuk kemenagn kita ini, dan dibalik semuanya itu adaalah karena “intervensi dari Atas.”

 

Mesi mau ajarkan: “Bahwa jika ada orang yang memuji kita hebat sesungguhnya ada sejuta tangan yang telah membentuk kita sehingga kita hebat sampai dengan saat ini. Mereka itulah yang hebat, kawan, dan bukan kita.”

 

Mari kita selalu tengada “ke langit” pada kesempatan perdana untuk berterima kasih kepada “Yang di Atas”, saat kita berhasil baik pada saat mencetak goal atau menahan tendangan penalty dari tim lawan. *

 


Baca juga :

Related Post