WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

UTAMA ITU DISIPLIN DAN BUKAN JUGA SOAL SINGLE FIGHTER

Metronewsntt.com 08-01-2022 || 10:13:37

Oleh: Vinsens Al Hayon

(Bag.3...Selesai)

Catatan Reflektif Pasca AFF Cup 2020

Metronewsntt.com-  BAGAIMANA  penilain kita dari luar lapangan, para pengurus, coach dan para assisten pelatih. Sudah menggapai nilai berapa, jika  rentang nilainya berkisar antara angka 10 sampai dengan 100, untuk kerja sama, disiplin, skill, chemestri dan visi bermain. Jika belum capai nilai seratus, yakinlah kita ‘pasti bisa’ untuk raih angka 100. Hal ini sama dengan bsa jadi juara di waktu mendatang. Masih ada waktu, masih harus tingkatkan  latihan, asa skill dan baharui manajemen persepakbolaan tanah air.

Asa skill dan mental juara

Persoalan mendasar “belum raih angka 100’ terbaca jelas pada first leg Final AFF Cup 2020, di mana Tim Gajah Perang memenangkan pertandingan. Tim Garuda Muda seperti tidak berkutik di hadapan Tim Gajah Perang. Padahal berdasarkan filosofi julukan “Garuda Muda,” ia adalah Rajawali Muda, ia harus terbang tinggi dan jelas gajah tidak menjangkaunya. Ia mempunyai visi yang kuat. Ia punya kemampuan fokus terhadap sasaran hingga jarak lima kilometer. Dan jika ia mengarah mangsa, ia menyempitkan fokus pandangan dan bergerak untuk mendapatkannya. Ia menang atau berhasil tatkala mengarah mangsanya. Ini satu kunci sukses si Rajawali Muda.

Identik Garuda Muda dengan rajawali muda, berarti ia menyukai badai, dalam hal ini Tim Gajah Perang. Bagai menggunakan angin badai untuk mengangkatnya lebih tinggi, Tim Garuda Muda seharusnya meliuk-liuk lebih lincah di antara hentakan kaki-hentakan kaki Gajah Perang, dan sebagai tim yang mendambakan prestasi seharusnya ia merespon “badai gajah perang” dan menggunakannya untuk membuktikan dirinya sebagai pemenang/ sang juara.

Lukisan ekspektatif seperti di atas belum didapat secara utuh dan terinternalisasi pada tim “rajawali muda” tatkala berlaga di medan pertandingan AFF Cup belum lama ini. Lalu apa tanggap segera Tim Garuda Muda dan semua saja yang terlibat di dalamnya?

Anjuran sebagai catatan pinggir yang boleh mendapat perhatian para pemangku, pelatih dan pemain pasca AFF, di antaranya: a). Asa skill, tingkatkan team work dan uji chemestri. Sama-sama kita ketahui bawha beberapa hal ini membutuhkan latihan dan pemahaman bersama antarpemain. Hal ini harus dibangun dan menjadi karakter karena setiap pribadi punya ego, mungkin yang satu merasa lebih lincah dari yang lainnya, lebih go internasional dari rekan-rekannya dan sejenisnya. Perlu latihan bersama terus-menerus secara regular dan tetap pada tim yang sama yang telah dipilih untuk AFF 2020. Tidak lupa latih tanding pada level nasional dan internasional dengan lawan yang berbeda seturut kalender atau jadwal yang tetap.

b). Tanamkan visi, nilai dan tujuan yang dipahami oleh semua kontingen: pemain, pelatih dan pengurus. Jika semua memiliki satu visi, satu nilai dan satu tujuan maka akan tertanam pengertian, apa tujuan mereka ke laga sekelas AFF Cup, kontribusi apa yang harus diberikan bagi kesuksesan, tidak hanya untuk diri mereka, tim mereka tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia, bangsa dan negaranya.

c) Manajemen harus bisa membangun lingkungan positif. Perbedaan dengan alasan apa pun akan selalu ada, tetapi manajemen harus memiliki kemampuan untuk mengelola perbedaan, bahkan konflik manakala ada, karena bagaimanapun keselarasan hubungan antarpemain dan seluruh relasinya merupakan basis bagi munculnya kinerja prima.

d) Veni, vidi, vici, Hal ini sama dengan bangun roh menang, roh suskes, mental juara dalam diri setiap pemain. Roh inilah yang menghidupi tim. Jika roh ini pamit maka runtuhlah tim tersebut. Dalam bahasa bola sepak, kiranya senada dengan: “berjuang selama peluit tanda “gave over’ belum ditiup wasit.” Untuk itu perlu “usaha lebih”.

Roh menang, roh sukses, roh juara ini adalah energi kehidupan yang sangat dasyat. Kiranya tidak secara gampang menyamaartikan dengan “over trust” atau “over confidence”.  Kita pada umumnya (boleh dikatakan demikian) baru memahami sebagian kecil saja dari fenomena energi rohani ini. Inilah yang dikatakan motivator dunia, Denis Waitley  sebagai ‘seed of greatness’ (benih keagungan).

Terminologi yang disebut Denis di atas (benih keagungan) lebih bersifat inspiratif. Ini berarti dalam diri setiap pemain ada benih yang sedang mewujud-memekar menuju kepenuhan cetak biru yang agung. Padananya adalah ada roh keunggulan (spirit of excellence) dalam diri setiap pemain yang terpilih di antara banyak pemain yang ada. Kata dasar “ungul” berarti, yang terbaik dalam jenisnya, betul sungguh bagus, kelas satu, superior. Ini adalah dambaan setiap pemain terpilih, paling tidak dalam dirinya. Oleh dorongan ini, maka evolusi gerakan mutu dalam dunia persepakbolaan/ pertandingan akan meningkat tajam, nomor satu, ya, juara.

Dalam jalan pemikiran dan praktek Albert Einstein nilai atau mutu ini mendapat makna luar biasa yakni, “orang yang dengan kemampuan biasa-biasa saja (kemampuan di atas rata-rata), dengan semangat yang besar (spirit of excellence) dapat menghadapi tantangan yang keras dan mengatasinya.”

Implementasi di lapangan bola sepak, cetak biru agung dan the spirit of excellen  ce diartikan sebagai semua strategi, teknik, skill, chemestri, team work, daya tahan, daya juang, visi bermain, mission untuk sukses/ menang telah ada dan akan terjadi sesuai situasi dan kondisi yang akan dihadapi.

Mari kita belajar dari “ketidaktercapainnya misi kemarin, bermain-berlatih untuk hari-hari ini, berharap menang dan juara pada hari esok.” Yang penting kita tidak pernah berhenti berlatih, bertanding dan menang. Semangat ! “Veni, Vidi, Visi”, (Saya datang, saya lihat, saya menang). Kita bisa!***

 


Baca juga :

Related Post